Cari Blog Ini

Kamis, 30 September 2010

DIARY HITAM


            Berawal dari sebuah bus yang aku tumpangi diawal pagi, aku bertemu dengan wanita cantik yang terlihat sangat kacau. Memakai kaus putih bercorak dengan celana jins menempel kaku di kakinya. Sebuah buku dengan cover berwarna hitam didekap erat. Wajah mencerminkan kecemasan dan keputus-asaan. Terkadang terlihat bingung dengan keadaan sekitar dan setiap beberapa menit sekali mendesah kecewa. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, namun yang bisa aku lakukan hanyalah duduk diam disampingnya. Aku tidak menyapa atau mencoba memberikan kata-kata, karena kurasa dia sedang tidak ingin diganggu, atau sedang asik dengan dunianya.
            Bus berhenti di salah satu pemberhentian bus. Wanita muda tersebut melirik ke jalanan dibawahnya. Kemudian ia telihat sedang berpikir sejenak, tergambar dari keningnya yang berkerut. Bibir kecilnya kembali berbisik-bisik untuk dirinya sendiri, terlalu susah untuk didengar orang lain. Aku kembali tidak memperdulikannya.
            Sementara itu penumpang kembali berdatangan dari halte tersebut. Bus semakin kian padat dengan para penumpang. Banyak anak-anak sekolah maupun para pekerja yang berdesak-desakkan berebut tempat didalam bus. Seoarang anak kecil tiba-tiba menangis terhimpit. Kini ibunya kesulitan menghentikan tangis anaknya.
            Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, pukul 07.43. sial! Tujuh belas menit lagi rapat dimulai. Jika aku tidak hadir tepat waktu, aku akan menghadapi banyak masalah. Haaah... seandainya motorku tidak mogok aku pasti sudah tiba di kantor.
            Bus kembali singgah di salah satu halte. Wanita muda yang duduk disebelahku tadi tiba-tiba berdiri dan memaksaku untuk membiarkannya lewat tanpa mengucapkan apa-apa. Dia terlihat sangat terburu-buru. Sebuah buku hitam kecil jatuh di kursinya, namun ia tetap berjalan pergi. Aku rasa ia tidak menyadari kalau bukunya terjatuh dari pangkuannya.
Tanpa pikir panjang aku mengambil buku itu, turun dan mengejarnya. Para penumpang menghalangi jalanku. Dengan susah payah aku keluar dari lautan manusia tersebut. Walau akhirnya berhasil turun dari bus, namun aku kehilangan jejak wanita aneh itu.
Aku sama sekali tidak dapat memperkirakan kemana ia pergi. Bisa saja ia melewati gang yang ada dibelakang halte, tapi bisa saja ia naik angkutan yang berhenti ketika bus yang kami tumpangi berhenti. Aku mencoba memasuki satu-satunya gang yang ada dibelakang halte, namun yang kutemukan hanyalah perempatan gang yang entah berujung kemana. Aku melihat jam lagi, lima menit sebelum rapat dimulai dan itu artinya jika aku tetap mencoba mengejarnya aku akan terlambat datang ke rapat. Sebaiknya aku simpan saja buku ini kemudian mengembalikannya ketika semua urusanku telah selesai.

VVV

PADI SAVE MY SOUL